canda - ceria keberangkatan

.
.
CANDA - CERIA KEBERANGKATAN
.

Uye… Ujo, tanpa harus menunggu lama Teddy selesai dengan tawar-menawar, kita bergegas memasuki angkot yang mungkin mengantarkan ke terminal Arjosari.
Apakah kita biasa naik angkot atau tidak itu bukan pertanyaan yang harus dibahas, karena terbukti kita menikmatinya. Rangga dengan kerudung hitam seperti kernet bergantungan dipintu, sementara yang lainya sibuk ngurusin posisi duduk yang super terbatas, ngegoda penumpang cewek yang ada, nyuekin penumpang cowok lainnya yang membuat pandangan kabur atau mencela baju bahan karung goni cewek cantik yang sudah memakai cincin di jari manisnya. Teddy terjepit dibelakang, Pai tertawa lugas tanpa filter tenggorokan, Gaple hanya bisa cengar - cengir melihat kelakuan Paktua seperti bebas dari penjara serta Rangga yang semakin larut menikmati propesi sementaranya sebagai kernet gadungan.
Seluruh canda ceria hanya milik penumpang kelas ekonomi, sementara Surya dan Ulfa yang kebagian tempat duduk kelas VIP seperti larut dalam pembicaraan yang hanya milik kaum borju dan kita yakin bahwa sang supir lebih berkonsentrasi terhadap jalanan agar perjalanan dan setoran hari ini lancar.
.
Bongkar seluruh ransel, bayar dan pamitan sama sang supir, uye… ujo kita kembali ke sebuah angkot dengan tujuan selanjutnya adalah Tumpang. Tukang kerupuk – angkot – angkot merupakan formasi konvoy jalan raya yang kurang baik, hal tersebutlah yang membuat sesi perjalanan ini sedikit tegang akibat sang tukang kerupuk kurang mahir mengendalikan kerupuk dan kendaraannya di jalan raya.
.
Tumpang, kota kecil yang terkenal dengan buah apel, jeep dan truknya. Hanya para pendaki yang menggunakan helikopter dan sapu terbang sajalah yang tidak melewati Tumpang dalam perjalanan menuju Ranu Pane. Menurut catatan sejarah bahwa harga sewa sebuah helikopter sangat tidak mungkin, sementara sapu terbang hanya ada dalam cerita Harry Potter dan Donal Bebek sebagai alat transportasi yang sangat popular.
.
13.20WIB, 620mdpl, 22 °C, Cuaca cukup cerah saat sampai di rumah seorang pengusaha transportasi jeep, welcome drink berupa teh manis hangat sangat menunjukkan bahwa minuman tersebut gratis dari tuan rumah yang ramah dan jika ingin coklat susu harus bayar atau bikin sendiri.
.
25 menit istirahat dan persiapan akhirnya budal, jeep atau angkot sama saja, ransel tetap di-diskriminasi dan kebagian di atap (luar). Dasar manusia, padahal suhu dalam perjalanan sangat dingin dan membuat kita memilih tetap didalam serta membiarkan ransel - ransel tersebut melakukan penyesuaian suhu lebih dahulu.
.
Tepat dibawah pohon kelengkeng yang berseberangan jalan dengan Kantor TN BTS, jeep diparkirkan. Sementara Surya dan Teddy terlibat proses administrasi di kantor tersebut, diluar beberapa photo model dadakan beraksi dengan cameraman “Giting” yang tanpa basa – basi mempergunakan padistal batu masyarakat tempatan sebagai tripot camera.
.
Bacut, suhu dingin, ngantuk dan lagu – lagu Iwan Fals itu pasti, sampai akhirnya kita tiba di Ranu Pane di ketinggian ... entahlah ... pokoknya uadem tenan. Berhubung waktu telah menunjukkan pukul 17.35WIB, dengan jari – jemari terasa kaku dan mulut gigil diputuskan untuk bermalam di Ranu Pane.
.
“So, let the journey begins, while destination is still far ahead”.
.
~
.
.